Kamis, 16 Mei 2013

Fenomena Arsitektur Indonesia


Di kota kota besar saat ini banyak berkembang “horror architecture”.Banyak didapati bangunan super mewah yang seakan akan ingin menerkam bangunan super kumuh yang berada disampingnya dan berdiri bersebelahan.Hal ini menyiratkan bahwa betapa rendahnya tingkat kepedulian para pelaku pembangunan.Kesadaran bahwa bangunan tidak pernah lepas dari konteksnya,seakan akan tidak pernah diperbincangkan.

Demikian akhir akhir ini banyak kita dapati arsitektur “inferior” nyaris tanpa muka yang mungkin tercipta karena semakin maraknya kerusuhan.Belum lagi jika melihat suatu lingkungan kota lewat kacamata denah,kesemrawutan tatanan langsung terbaca,seakan tidak ada struktur spasial yang tegas.Jika fenomena lingkungan perarsitekturan ini mengalami kemerosotan maka dikhawatirkan cepat atau lambat akan menimbulkan masalah pada seluruh lingkungan kehidupan.
Katakanlah bahwa kondisi obyek arsitektur telah merosot kualitasnya,patutkah pengguna arsitektur dipersalahkan? Mungkinkah kekeliruan terletak pada pranatanya? Apakah karena sisi profesionalisme yang semakin pudar?

Fenomena tersebut tentu tidak terjadi begitu saja,karena dibelakangnya terjalin ikatan yang kompleks dari aspek aspek yang menjadi pemicu adanya permasalahan tersebut.Semua sisi dapat saja dijadikan kambing hitam untuk dipersalahkan.

Banyak kritik dilontarkan pada kondisi pengajarn arsitektur saat ini.Para praktisi yang berkecimpung di lapangan dunia arsitektur menyerang para akademisi yang memberikan pengajaran dalam bangku sekolah arsitektur karena tidak memberikan pelatihan yang cukup sehingga para keluaran sekolah arsitektur tidak siap pakai.Menurut para praktisi,keluaran sekolah arsitektur tidak memahami perannya dalam proses pembangunan serta gamang dalam kemajuan teknologi dalam praktek.
Tapi kenyataannya pada saat ini,banyak praktisi yang juga memberikan pengajaran dalam bangku sekolah arsitektur,demikian juga sebaliknya bannyak akademisi pengajaran arsitektur yang merangkap menjadi praktisi.Tapi jika ditelaah lebih lanjut sebenarnya pokok penting yang harus dicermati adalah adanya kenyataan bahwa ada dua sisi yang saat ini selalu menundukkan diri

Sisi pertama adalah sisi “praktek arsitektur” yang merupakan kegiatan melakukan profesi arsitektur dimana melibatkan pengguna,pranata,dan keprofesian.Serta sisi kedua yaitu “akademik arsitektur” yang merupakan kegiatan dan berurusan dengan pengajaran fomal dalam bangku sekolah arsitektur.Jika dilihat dari kacamata lembaga pengajaran,sisi praktek merupakan suatu proses diluar sisi akademik.Secara teoritis sisi praktek ini dapat saja merupakan akibat sekaligus sebab yang akan memberikan pengaruh pada sisi akademik.
Pada kenyataannya sisi praktek merupakan sisi yang sulit tersentuh atau bahkan tidak terkontrol oleh sisi akademik. Sehingga pembicaraan atau telaah pada sisi akademik akan cenderung bersifat cita cita atau bahkan tidak menyentuh kenyataan.Hal realistik yang dapat dilakukan adalah mengambil titik berangkat telaah evaluasi dari sisi akademik.


Dikutip dari buku” Berarsitektur”


0 komentar:

Posting Komentar