Di kota kota besar saat ini banyak berkembang “horror
architecture”.Banyak didapati bangunan super mewah yang seakan akan ingin
menerkam bangunan super kumuh yang berada disampingnya dan berdiri
bersebelahan.Hal ini menyiratkan bahwa betapa rendahnya tingkat kepedulian para
pelaku pembangunan.Kesadaran bahwa bangunan tidak pernah lepas dari
konteksnya,seakan akan tidak pernah diperbincangkan.
Demikian akhir akhir ini banyak kita dapati arsitektur
“inferior” nyaris tanpa muka yang mungkin tercipta karena semakin maraknya
kerusuhan.Belum lagi jika melihat suatu lingkungan kota lewat kacamata
denah,kesemrawutan tatanan langsung terbaca,seakan tidak ada struktur spasial
yang tegas.Jika fenomena lingkungan perarsitekturan ini mengalami kemerosotan
maka dikhawatirkan cepat atau lambat akan menimbulkan masalah pada seluruh
lingkungan kehidupan.
Katakanlah bahwa kondisi obyek arsitektur telah merosot
kualitasnya,patutkah pengguna arsitektur dipersalahkan? Mungkinkah kekeliruan
terletak pada pranatanya? Apakah karena sisi profesionalisme yang semakin
pudar?
Fenomena tersebut tentu tidak terjadi begitu saja,karena
dibelakangnya terjalin ikatan yang kompleks dari aspek aspek yang menjadi
pemicu adanya permasalahan tersebut.Semua sisi dapat saja dijadikan kambing hitam
untuk dipersalahkan.
Banyak kritik dilontarkan pada kondisi pengajarn arsitektur
saat ini.Para praktisi yang berkecimpung di lapangan dunia arsitektur menyerang
para akademisi yang memberikan pengajaran dalam bangku sekolah arsitektur
karena tidak memberikan pelatihan yang cukup sehingga para keluaran sekolah
arsitektur tidak siap pakai.Menurut para praktisi,keluaran sekolah arsitektur
tidak memahami perannya dalam proses pembangunan serta gamang dalam kemajuan
teknologi dalam praktek.
Tapi kenyataannya pada saat ini,banyak praktisi yang juga
memberikan pengajaran dalam bangku sekolah arsitektur,demikian juga sebaliknya
bannyak akademisi pengajaran arsitektur yang merangkap menjadi praktisi.Tapi
jika ditelaah lebih lanjut sebenarnya pokok penting yang harus dicermati adalah
adanya kenyataan bahwa ada dua sisi yang saat ini selalu menundukkan diri
Sisi pertama adalah sisi “praktek arsitektur” yang merupakan
kegiatan melakukan profesi arsitektur dimana melibatkan pengguna,pranata,dan
keprofesian.Serta sisi kedua yaitu “akademik arsitektur” yang merupakan
kegiatan dan berurusan dengan pengajaran fomal dalam bangku sekolah
arsitektur.Jika dilihat dari kacamata lembaga pengajaran,sisi praktek merupakan
suatu proses diluar sisi akademik.Secara teoritis sisi praktek ini dapat saja
merupakan akibat sekaligus sebab yang akan memberikan pengaruh pada sisi
akademik.
Pada kenyataannya sisi praktek merupakan sisi yang sulit
tersentuh atau bahkan tidak terkontrol oleh sisi akademik. Sehingga pembicaraan
atau telaah pada sisi akademik akan cenderung bersifat cita cita atau bahkan
tidak menyentuh kenyataan.Hal realistik yang dapat dilakukan adalah mengambil
titik berangkat telaah evaluasi dari sisi akademik.
Dikutip dari
buku” Berarsitektur”
0 komentar:
Posting Komentar